Gempa Guncang Papua, 3 Tewas

Serangkaian gempa kuat yang mengguncang Papua menewaskan sedikitnya tiga orang, memicu tanah longsor dan menghancurkan belasan rumah.

AP melaporkan sebuah peringatan tsunami dikirim yang membuat warga panik dan mengungsi ke tempat bangunan yang lebih tinggi. Gempa berkekuatan 7,0 SR berpusat 18 mil (29 km) di bawah dasar laut dan 125 mil (195 kilometer) di lepas pantai utara Provinsi Papua seperti dilansir Survei Geologi AS di situsnya.

Hal ini disertai oleh serangkaian gempa susulan yang kuat, sebesar 6,4 SR. “Lebih dari 20 rumah ambruk di Serui, sebuah kota di distrik Yapen, memicu kebakaran setidaknya di tujuh tempat,” kata juru bicara polisi Letnan Kolonel Wachjono. Dua mayat ditarik dari bawah reruntuhan. “Polisi dan tim penyelamat masih mencari korban lainnya di daerah terpencil,” katanya.

“Ratusan orang berlari keluar dari rumah mereka,” kata Yan Pieter Yarangga, penduduk kota Biak. Takut tsunami, orang mengungsi dari pantai dan beberapa berlari ke tempat yang tinggi. “Aku berjalan dengan baik, saya takut akan ada gempa kedua,” katanya.

Peringatan tsunami dikeluarkan dan kemudian dicabut. “Ketika listrik padam, beberapa wanita dan anak-anak menjerit ketakutan,” kata Sersan Junaidi, seorang pejabat polisi setempat. “Banyak yang menangis, mereka sangat ketakutan.”

Sebelumnya, sebuah gempa berkekuatan 5,3 SR juga terjadi di pulau Sulawesi, hampir 1200 mil (2000 km) ke barat, yang memicu tanah longsor yang menghancurkan sedikitnya 50 rumah, menewaskan satu orang seperti dilaporkan Antara. Lainnya terluka, namun belum tau berapa jumlahnya.

Indonesia memang berada di serangkaian fault line, yang membuat rentan terhadap aktivitas seismik dan vulkanik. Sebuah gempa raksasa telah terjadi pada 26 Desember 2004, Samudera Hindia memicu tsunami yang menewaskan 230.000 orang, setengah dari mereka di provinsi Aceh barat Indonesia. Gempa yang melanda Rabu terletak lebih dari 2000 mil (3000 km) dari ibukota negara, Jakarta.

Pemprov Siap Bantu Korban Banjir

WAJO,UPEKS-Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, prihatin dengan banjir yang menggenangi ratusan rumah warga di pinggiran Danau Tempe, sepekan terakhir.

Luapan danau terbesar di Sulsel itu akibat cuaca dan curah hujan yang ekstrem. Pemerintah provinsi pun menyatakan siap membantu dalam penanggulangan ‘tamu tahunan’ itu.

“Pemprov akan terlibat dalam penaggulangan banjir itu. Kita akan bersama-sama Pemerintah Kabupaten Wajo mengatasi banjir akibat cuaca yang ekstrem, apalagi jika skalanya semakin parah,” ungkap Mantan Bupati Gowa dua periode itu kepada wartawan seusai pelantikan Pengurus DPD II Golkar Wajo di Sengkang, Sabtu 19 Juni.

Syahrul mengimbau masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Walannae untuk selalu waspada. Apalagi hujan masih terus mengguyur daerah Sidrap dan Soppeng sebagai kawasan hulu. Jika kondisinya semakin

parah, mantan wakil gubernur itu mengisyaratkan agar masyarakat mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Sebelumnya, Wakil Bupati Wajo, Amran Mahmud juga mengimbau warga agar mencari tempat yang lebih aman jika kondisi air semakin meninggi. Pantauan Upeks di daerah banjir, Sabtu 19 Juni, air semakin tinggi.

Diprakirakan, air bertambah sekitar 30 centimeter atau sekira dua jengkal jari orang dewasa dari hari sebelumnya. Ketinggian air kin mencapai tiga meter. Akibatnya, lantai rumah panggung warga semakin banyak yang tergenang.

Salah seorang warga di Kelurahan Wiringpalannae, Abdullah kepada Upeks, mengaku waspada dengan cuaca yang tidak menentu. Menurut pria berusia 47 tahun itu, masyarakat memiliki pengetahuan berdasarkan pengalaman banjir sebelumnya. Meski demikian, warga tetap waspada jika hujan mengguyur, apalagi jika hujan deras di daerah hulu.

“Jika banjir terjadi pada bulan Juni, maka ketinggian air akan memuncak tanggal 25 atau 26 Juni. Tetapi jika terjadi pada bulan Juli, maka puncaknya berkisar tanggal 13 Juli. Ini berdasarkan pengalaman banjir sebelumnya dan itu yang kita pegang,” ungkapnya. (bah)