Keputusan untuk mengusung Aburizal Bakrie (ARB) sebagai calon presiden (capres) Partai Golkar dalam pemilu presiden mendatang sudah menjadi keputusan final. Semua tahapan sudah dilewati, termasuk melalui proses demokrasi yang berjalan sebagaimana mestinya. Saat Aburizal Bakrie diputuskan sebagai kandidat capres, tentunya semua Ketua DPD I dan Ketua DPD II P Golkar se-Indonesia telah mencatat rekam jejak mantan Menko Kesra ini.

Keputusan memilih ARB tentu saja bukan keputusan instan dan emosional semata. Saya termasuk bagian dari sejarah perjalanan Aburizal di berbagai organisasi sejak sama-sama aktif mulai dia di Dewan Mahasiswa ITB dan saya aktif di UI. Melihat apa yang telah dilakukan ARB, tidak berlebihan kita mengamininya sebagai salah satu kader terbaik Partai Golkar saat ini.

Reputasi yang dibangunnya melalui proses panjang dan berliku. Ini yang menjadikan pelajaran berharga bagi dirinya menjadi pemimpin yang teruji bahkan di setiap rezim. Ketika dia memimpin Hipmi hingga Kadin, publik mengakui leadership-nya begitu kuat. Bahkan ARB-lah yang memulai energi positif dalam proses demokratisasi di organisasi pengusaha nasional itu.

Sejak di bangku kuliah, ARB telah meleburkan diri dalam kegiatan organisasi, menempa diri dalam budaya demokrasi, dan membangun tradisi dialog sehingga kematangan berpikir dan bertindak menjadi modal yang sangat cukup untuk dipercaya memimpin organisasi sebesar Partai Golkar.

Saat ini bangsa ini memiliki tugas untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ditinggalkan oleh Presiden SBY di akhir jabatannya. Legasi yang didapati bangsa ini justru beragam persoalan yang tak kunjung bisa diatasi. Persoalan yang muncul tentu membutuhkan pengalaman, kompetensi, dan leadership yang kuat. Saya kira kalau publik mau objektif dan membaca dengan jernih rekam jejak ARB secara fair, sosok pengusaha sukses ini layak ditawarkan kepada masyarakat Indonesia sebagai solusi dalam mengatasi persoalan bangsa yang makin berat.

Lalu, ketika muncul pandangan tokoh politik senior yang bertendensi dalam menggiring opini publik untuk menjustifikasi bahwa partai politik tidak boleh mengusulkan ketua umumnya maju sebagai calon presiden, saya melakukan kritik sangat tajam terhadap pemikiran sempit itu. Saya tegaskan, pandangan itu sebagai cacat etika dan bertolak belakang dengan kesantunan politik. Apa sebab? Karena, ini telah mencampuri urusan rumah tangga partai lain.

Persoalan calon-mencalonkan kandidat presiden adalah mutlak urusan internal partai masing-masing. Tidak ada hak parpol lain ikut campur urusan partai lain. Jadi, saya kira apa yang dilontarkan Bung Taufiq Kiemas sangat tidak tepat dan tidak patut. Jangan karena muncul dinamika di partainya, lantas dibawa ke partai lain. Bagi saya, Taufiq Kiemas terlalu jauh mencampuri urusan partai di luar partainya sendiri. Saya katakan kepada ARB, You are not walking alone!

Tidak berlebihan, saya katakan Aburizal Bakrie sebagai best among the best di Partai Golkar. Sudah tepat Golkar memilihnya sebagai capres terbaik.