halaman utamaspacerisu nasionalspacerpartai dpp/dpdspacerberita mediaspacertokoh kitaspacerblog golkarspacertentang golkar
Partai GOLONGAN KARYA, Memberi BUKTI, Bukan JANJI
Kirim artikel ini ke
facebook delicious technorati digg reddit
e-mail print printer
12/10/2009
Optimisme ItuTetap Ada dariTenda Pengungsian

 



SUARA dua orang yang sedang membaca Alquran dari tenda darurat di Jorong (Dusun) Sini Air,Kanagarian (Desa) Malalak Selatan, Kecamatan Malalak,Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) memecah kesunyian malam, Jumat lalu (9/10). Ayat-ayat suci terus berkumandang walau kedua warga itu hanya mengandalkan satu lampu minyak tanah sebagai penerang.

Belum pulihnya jaringan listrik di Kecamatan Malalak pascagempa 7,6 Skala Ritcher (SR) menambah suasana mencekam di kampung yang berada di perbukitan Maninjau itu. Di tenda sebelah, Iyen, 34, terbaring karena lumpuh yang dideritanya. Bima, 45, ibu Iyen berjaga di luar tenda berukuran 3x3 meter yang didirikan di pinggir jalan di seberang rumahnya.

Tatapannya kosong di tengah gelapnya malam seolah sedang memikirkan sesuatu. Rumah yang juga menjadi warung tempat Bima berjualan kini sudah tidak bisa dihuni karena retak-retak dan hampir roboh akibat gempa yang mengguncang Sumbar,30 September lalu. “Dia sudah lumpuh hampir setahun. Kami ndak berani tinggal di rumah. Masihtakutgempa,”kataBima.

Gempa yang belakangan diralat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjadi 7,9 SR memorakporandakan harta benda masyarakat di kawasan yang sehari-hari bergantung dari hasil pertanian itu.Sejauh mata memandang, sawah dan ladang kini sudah berubah menjadi timbunan tanah. Tidak hanya itu,20 korban jiwa di Dusun Sini Air meninggal dunia karena tertimbun tanah longsor.

Secara keseluruhan,korban di Kecamatan Malalak tercatat 70 jiwa yang kebanyakan tertimbun tanah longsor. Hari kedelapan pascagempa, masih ada sekitar 32 jiwa yang belum ditemukan, tapi keluarga korban sudah mengikhlaskan mereka dimakamkan di lokasi bencana. Kampung itu pun kini menjadi pemakaman massal.

Menembus sejumlah permukiman di Kecamatan Malalak bukanlah hal mudah.Tidak mengherankan jika bantuan bagi korban di kawasan ini terlambat, bahkan tidak merata karena permukiman yang tersebar di balik-balik bukit. Pemerintah Kabupaten Agam mencatat,terdapat 70 titik longsor di sekitar Desa Malalak Selatan, Malalak Barat,dan Malalak Timur.

Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Departemen ESDM pun telah menetapkan sejumlah kawasan permukiman di perbatasan Padang Pariaman dengan Agam sebagai zona merah atau berbahaya sebagai kawasan permukiman.Tidak harus gempa, hujan deras beberapa jam saja bisa meruntuhkan material perbukitan dan menjadi ancaman baru bagi warga.

Namun, apa boleh buat,warga tampaknya masih harus bertahan di kawasan itu karena di tempat inilah mereka akan kembali membangun harapan pascagempa. Kini, masyarakat pun praktis hanya bergantung pada bantuan yang disalurkan memalui Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) Sumbar melalui pemerintah kabupaten hingga ke wali jorong atau kepala dusun.

“Kalau ladang saya,ada sekitar 3 hektare.Tapi mana mungkin saya meninggalkan itu? Sekarang ini susah mencari tempat tinggal,”kata Hasan, 37, warga Dusun Hulu Banda,Desa Malalak Selatan. Bagi Hasan dan Nazan, 60, korban gempa di Dusun Damarbanca, Desa Malalak Selatan,bantuan dari orang yang langsung datang ke kampung sangat berarti.

Seharihari, keduanya menghabiskan waktu di pengungsian yang berjarak sekitar 4 km dari kampungnya. Jika mobil pembawa bantuan dari perseorangan dan lembaga nonpemerintah datang, Hasan yang rumahnya kini roboh langsung beranjak menemui kepala dusun berharap mendapat bantuan.“

Yang penting bisa makan sehari- hari saja, besok lain lagi. Syukur-syukur dapat, kalau ndak, nggakapa-apa,”katanya.Sementara Nazan yang kehilangan enam anggota keluarga termasuk istrinya kini tinggal sendirian. Kampungnya yang berada di bawah Malalak Selatan kini sudah menjadi pemakaman massal.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif saat menelusuri perkampungan ini, Jumat (10/10) malam, berpesan kepada warga dan aparat pemerintah kecamatan desa dan dusun agar tidak terlalu lama membiarkan warga larut dalam bencana. Namun, menurut Syamsul, pascabencana, masyarakat juga tidak bisa terlalu banyak berharap kepada pemerintah.

Mereka harus bangkit dengan memulai kehidupan normal seperti melakukan pembersihan lingkungan dan aktivitas sehari-hari. Penanggung jawab Satkorlak PB Sumbar yang juga Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi telah menegaskan optimismenya terhadap sifat kemandirian masyarakat Sumbar menghadapi bencana.

Kemandirian ini pula yang menjadi pertimbangan Satkorlak PB Sumbar untuk tidak mendirikan pos pengungsian yang terfokus pada satu titik.Warga hanya dianjurkan mendirikan tenda dekat rumah. (sindo)

 
artikel terkaitartikel terkiniartikel populer
Ada 0 komentar untuk artikel ini.


Silahkan posting komentar Anda
Nama
Email
Komentar
500 karakter tersisa
Security Code
 
 
partaitabvirtual slipisuara andasukarelawankontribusipilhanpartisipasibawah
Klik di sini!
Cari tahu di sini
Video Download

Dari Rakyat untuk Rakyat
Title:
Dari Rakyat untuk Rakyat
download
Restoran Padang
Title:
Restoran Padang
download
Musholla
Title:
Musholla
download
Golkar Demokrasi
Title:
Golkar Demokrasi
download
Guru buat Pemilu
Title:
Guru buat Pemilu
download
More
Wallpaper Download
Desktop PC/Mac

Wallpaper Golkar
More
Mobile
Mobile
More
PodCast Download
More