Blog Mushab Muqoddas

 
Fathullah Gulen dan Jusuf Kalla
13. Desember 2010 - 6:45 | by Mush'ab Muqoddas

Bagi masyarakat Turki, Fathullah Gulen adalah sosok yang sangat berpengaruh di Turki dan dunia internasional. Gerakan Fathullah Gulen berkembang pesat dan berawal dari pengajian-pengajian yang berkembang menjadi sebuah gerakan besar dalam mendamaikan dunia dengan pengembangan pendidikan, dialog dan perang melawan kemiskinan.

Gerakan Fathullah Gulen dari Turki adalah gerakan sosial dan bukanlah gerakan ideologi sehingga dapat melakukan pendekatan-pendekatan dalam menangani berbagai pertikaian, perang dan konflik tanpa kepentingan ideologi. Gerakan yang sudah berlangsung dalam tiga puluh tahun ini memiliki ratusan sekolah di Turki bahkan memiliki berbagai lembaga pendidikan di seluruh dunia termasuk Amerika Serikat dan Indonesia, negara kita.

Beberapa hari yang lalu diadakan simposium internasional di Universitas Liga Arab yang diadakan atas kerjasama Majalah Hira Turki, Pusat Akademi Riset dan Internet Istanbul, dan Pusat Studi Peradaban dan Dialog Budaya Fakultas Ekonomi dan Ilmu Politik Universitas Cairo Mesir. Acara yang berlangsung tiga hari dan dihadiri oleh berbagai warga negara ini bertujuan untuk membangun hubungan baru antara Turki dan dunia Arab dalam bidang keilmuan serta pertukaran informasi dan program dari Gerakan Fathullah Gulen.

Gerakan Fathullah Gulen di Turki tidak mencetak pengikut Sufi dan bahkan kader partai politik akan tetapi menerapkan langsung ajaran-ajaran moral dari Tarikat Sufi dan bahkan murid-murid Fathullah Gulen tersebar di berbagai partai politik di Turki baik itu Partai Keadilan Pembangunan, Partai Rakyat Republik dan Partai Yassar. Gerakan Fathullah Gulen dalam kancah internasional banyak berkecimpung dalam upaya dialog perdamaian dan saling memahami antar berbagai agama.

Sekarang, siapa dari kita yang tidak mengenal Jusuf Kalla ? Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia memiliki sebuah komitmen yang diucapkannya pada Debat Final Pilpres lalu untuk pulang kampung, mengurus pendidikan dan juga perdamaian. Memang tidak dipungkiri peran Jusuf Kalla dalam upaya perdamaian di Poso dan Ambon serta Aceh beberapa tahun silam. Jika orang berfikir bahwa konflik dan perang yang terjadi karena masalah agama dan diletuskan dengan agama, maka Jusuf Kalla menggunakan ajaran agama dalam mendamaikan kedua pihak yang bertikai.

Jusuf Kalla Institut (JKI) yang dibuat pada hari-hari Pilpres kemarin, apakah mungkin sebagai upaya Jusuf Kalla untuk bergerak dalam bidang pemerataan pembangunan, pendidikan dan perdamaian atau bahkan sebagai LSM pengontrol kenerja pemerintah. Jika memang JKI akan berjalan, tentu saja diharapkan dapat menjadi sebuah wadah untuk mempraktekkan pemikiran Jusuf Kalla di dunia nyata walaupun tidak jadi presiden RI di Pilpres lalu.

Pengabdian kepada bangsa akan sangat bermanfaat jika tidak berhenti begitu saja. Kita berharap, JKI dapat segera bergerak dalam pencerahan-pencerahan bangsa Indonesia ke depan serta sebagai lembaga yang mengisi apa yang belum dapat dikerjakan oleh pemerintah. Tentu, lebih cepat lebih baik.